7. Resident Evil
Ini mungkin film adaptasi game terburuk yang masih menyisakan banyak
tanda tanya di benak saya pribadi. Pertanyaan terbesarnya adalah:
mengapa orang-orang masih singgah ke bioskop dan menonton film ini,
membuatnya berkembang menjadi sebuah sekuel tanpa mutu? Resident Evil 1
dan 2 mungkin merupakan puncak kejayaan seri ini. Walaupun karakter
utamanya, Alice, tidak pernah muncul di versi video gamenya, saya masih
melihatnya sebagai serial spin-off yang sangat menarik. Namun, ketika
Resident Evil Extinction dan Afterlife lahir dengan plot yang terasa
sangat dipaksakan, film ini tampak “murahan”. Aksi yang sedikit, cerita
tidak jelas, akting yang buruk. Saya lebih jatuh cinta dengan Resident
Evil versi CGI-nya Capcom.
6. Dead or Alive
Ini adalah sebuah dilema. Dead or Alive memang film yang sangat buruk.
Jalinan cerita di dalam film plus pertarungan yang dihadirkan harus
diakui memang kelas rendahan. Visualisasi karakternya juga mengecewakan,
apalagi karakter Kasumi benar-benar tampak jauh berbeda. Karena hal
tersebut, saya memasukkan film ini ke dalam list. Namun harus diakui,
Dead or Alive versi film ini mampu menghadirkan pengalaman yang sering
dirasakan oleh pria ketika memainkan game ini. Sensualitas yang dijual
membuat saya cukup menikmati film ini hingga akhir.
5. Street Fighter: The Legend of Chun-Li
Film ini seharusnya tidak pernah lahir sama sekali. Setelah Street
Fighter zaman dulu yang terbilang buruk, saya menaruh harapan yang
cukup besar kepada Street Fighter: The Legend of Chun Li yang tentunya
hadir dengan teknik dan teknologi yang sudah jauh lebih berkembang.
Apalagi, rencana untuk menghadirkan “plot” Street Fighter dalam lingkup
dunia nyata juga tampil sangat menarik. Namun, apa yang dibawa oleh
film ini? Film aksi; itu saja. Sebagai seorang gamer, saya tidak
merasakan apa pun yang terkait dengan Street Fighter. Mengecewakan!
4. King of Fighters
Lagi-lagi sebuah film berdasarkan genre fighting yang harus masuk ke
dalam list. King of Fighters buatan SNK merupakan game fighting
legendaris dan fenomenal. Siapa yang tidak mengenal Mai Shiranui? Atau
Andy dan Terry Boggard? Hampir semua gamer mengenal mereka. Tetapi,
ketika nama besar seperti ini harus jatuh ke tangan Hollywood? Saya
bahkan hampir menutup mata saat harus menontonnya. King of Fighters
versi movie ini sama sekali tidak dapat dinikmati. Akting buruk,
karakter yang jelek, plot yang aneh luar biasa. Dua jempol ke bawah!
3. Doom
Wow, Doom! Itu mungkin reaksi pertama saya ketika mendengar game ini
akan dibuat versi film layar lebarnya. Siapa yang tidak mengenal Doom?
Salah satu game FPS terbaik yang pernah ada tersebut selalu berhasil
membawa ketegangan dan sedikir rasa takut ketika memainkannya. Apalagi
ketika saya mendengar The Rock dari WWE akan menjadi pemeran utamanya.
Sebagai penggemar berat Doom dan WWE, ini adalah kombinasi maut untuk
membuat hari saya cerah. Ketika menyaksikannya? Hari saya tak pernah
lebih buruk lagi. Semuanya tampak kacau dan murahan, bahkan The
Rock-nya sendiri. Ini seperti film Alien dengan budget 1/1000 milik
Cameron.
2. Super Mario Bros
Game terbaik belum tentu melahirkan film yang sama baiknya. Game
terbaik melahirkan film terburuk, itu lebih mungkin untuk terjadi.
Super Mario Bros yang lahir di tahun 1993 adalah salah satu bukti yang
paling nyata, sekaligus sebagai monumen awal lahirnya film-film
adaptasi game berkualitas sama hingga kini. Semuanya terasa salah di
film ini. King Koopa yang berwujud manusia, Yoshi yang menyeramkan,
setting kota modern, mobil mirip Twisted Metal, dan ledakan di
sana-sini. INI BUKAN MARIO http://www.blogger.com/img/blank.gifBROS!!
1. Semua Film Karya UWE BOLL
Uwe Boll
Perhatikan dengan seksama wajah pria di atas. Apakah Anda sudah
merasakan kekesalan yang membakar? Atau jangan-jangan Anda belum pernah
mengenalnya sama sekali? Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh
industri game dan film saat bersamaan hanya satu, mempercayakan hal
tersebut kepada Uwe Boll, yang kebetulan adalah pria di atas. Dia
adalah mimpi buruk bagi kita semua. Apakah saya terlalu berlebihan?
Sama sekali tidak, karena Uwe Boll memang sebuah mimpi buruk yang
hidup. Apa pun perannya di dalam sebuah film, entah itu sebagai
produser, sutradara, penulis naskah, atau tukang sapu sekali pun (yang
ini mungkin berlebihan), film tersebut pasti akan hancur berantakan.
Karya-karyanya adalah bukti yang paling nyata.
Yang membuatnya semakin buruk? Uwe Boll sangat tertarik untuk
mengadaptasi game ke dalam film. Lihat saja karya-karyanya yang
“fenomenal”. Apakah Anda pernah marah ketika menyaksikan Blood Rayne
atau Far Cry? Atau mungkin Anda merasa bingung menyaksikan Alone in The
Dark dan House of The Dead? Atau Anda jangan-jangan sempat muntah
menyaksikan film Dungeon Siege? Semua game keren tersebut hancur
berantakan di tangan Boll, seketika. Sayangnya, mimpi buruk ini juga
tidak akan cepat berakhir karena Boll adalah orang yang pantang
menyerah. Ia berjanji akan terus menghasilkan film-film yang
diadaptasikan dari game, dan anehnya beberapa perusahaan publisher
masih mau membiayai dirinya. Oh tidak! Jika harus disandingkan dengan
dunia game, Uwe Boll mungkin bos tersulit yang harus dikalahkan oleh
para gamer untuk menamatkan sebuah game.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar